09.01

Hati-Hati Beri Antibiotik Untuk Anak

Antibiotik memang ampuh mengobati berbagi penyakit. Karenanya, banyak dokter anak yang meresepkan obat ini. Padahal, ada efek sampingnya yang berbahaya di baliknya.

Hingga saat ini masih banyak anak-anak yang mendapatkan antibiotik sebagai resep. Padahal, penyakit yang diderita tidak serius, seperti flu, radang tenggorokan, ataupun penyakit lain yang sama sekali tidak membutuhkan pengobatan dengan antibiotik. Hal ini disebutkan dalam studi yang dipublikasikan dalam laporan CDC's Morbidity and Mortality Weekly Report

Antibiotik, obat yang terbuat dari kapang, bakteri, atau dari bahan sintetik/semisintetik itu, memeang membantu memerangi infeksi bakteri denganmembunuh atau menghambat pertumbuhan bakteri yang menyerang tubuh. Begitu sakitnya antibiotik terhadap infeksi bakteri, sampai banyak menganggapnya seperti obat dewa untuk berbagai infeksi. Boleh dikatakan antibiotik mengobati berbagi penyakit.

Membanjirnya produk obat dalam jumlah yang sangat besar, sikap pasien sering minta diberi antibiotik, serta adanya kegamangan dalam menetapkan diagnosis suatu infeksi virus, membuat peresepan antibiotik semakin berlebihan. Banyak penelitian membuktikan bahwa setiap harinya, jutaan antibiotik diresepkan untuk pasien dengan penyakit infeksi virus.

Ya, antibiotik memang pengobatan paling manjur yang diresepkan dokter. Namun bukan berarti pemberian obat ini tanpa efek samping. Pemberian belebihan dapat mengakibatkan kekebalan terhadapobat ini sendiri dan infeksi sulit disembuhkan.

sebuah kajian meneliti seberapa sering dokter meresepkan antibiotik untuk pasien berusia 14 tahun dan lebih muda pada tahun 2007-2008. Mereka lalu membandingkan jumlah kisaran resep obat ini pada
tahun 1993-1994 unruk melihat apakah sekiranya ada perubahan. Peneliti memfokuskan diri pada lima macam penyakityang tergolong onfeksi saluran pernapasan atas yang meliputi radang tenggorokan, influenza, radang telinga (otitis media), bronkitis (radang pernapasan), dan sinusitis.

kebanyakan infeksi ini karenavirus dan bukan bakteri. Angka peresepan antibiotik untuk penyakit-penyakit ini memeng menurun, tetapi tetap saja masih tinggi. Pada tahun 2007-2008, dokter anakmeresepkan obat ini 229 kali dalam 1.000 kali kunjunganpasien ke dokter. Angka lebih rendah ketimbang pada 1993-1994.

sementara itu, beberapa dokter meresepkan antibiotik untuk penyakit influenza ataupun radang teggorokan pada 2007-2008. lain pihak, ada perubahan kecil dalam peresepan antibiotik pada penyakit infeksi telinga, bronkitis, dan sinusitis. Adapun anak-anak yang menderita infeksi telingatidak diresepkan antibiotik. Pertanyaannya, mengapa masih banyak penggunaan antibiotik?

"Dokter meresepkan antibiotik ketika mereka tidak yakin dengan diagnosis penyakit pasien.Atau bisa juga karena orang tua sendiri yang meminta anaknya untuk diberi antibiotik,"kata Tarayn Fairlie MD, dalamlaman Webmd.com.

Terkesan antibiotik adalah obat yang aman, padahal sebaliknya. Ketika anak mendapatkan antibiotik yang sebenarnyatidak diperlukan, bahkan mengakibatkan anak tersebut beresiko terkena infeksi yang sering kali besifat serius dan sulit disembuhkan. "Bahkan, bisa berujung pada kematian," kata Tarayn. Antibiotik pun bisamempunyai efek samping yabg serius.

Mengkonsumsinya  untuk jangka panjang dan berulang-ulang, dapat menimbulkan gangguan saluran cerna. Adapun yang meliputi diare, mual, muntah, dan mulas/kolik dapat menyebabkan dehidrasi. Antibiotik juga bisa menimbulkan reaksi alergi yang mencul dalam  berbagi bentuk, mulai ringan sampai berat, gangguandarah, kelainan hati, gangguan fungsi ginjal, dan munculnya superbugs dan superinfection.

Jadi, karena pemberian antibiotik yang berlebihan, malahan meyebabkan kuman yang terbunuh mengalami perubahan diri menjadi kuman yang tidak mempan terhadap obat ini. karena itu, disarankan  kepada orang tua untuk bertanya kepada dokter pengobatan terbaik, bukan meminta antibiotik.

Menurut dokter anak Roberto Posada,MD, dari sekolah kedokteran Mount Sinan NewYork, Amerika Serikat, memang agak sulit bagi dokter tidak meresepkan obat apapun bagi anak-anak meski tengah sakit. "Orang tua berangaapan kalau sakit, ya harus diresepkan obat. Padahal, tidak selamanya penyakit harus diresepkan obat," Kata Roberto.

Di Indonesia, data yang terekam mencatat sedikitnya 43% antibiotik yang diberikan sebenarnya tidak diperlukan. Bahkan kini masyarakatpun bisa dengan bebasnya membeli antibiotik tanpa resep dokter. Menurut dr Purnamawati S Pujiarto SPAK MMPEN, jika dokter meresepkan antibiotik, orang tua bisa bertanya mengapa anak memerlukan antibiotik tersebut, jika anak hanya menderita demam, batuk, pilek, atau radang tenggorokan.

Tanyakan pula, apakah ada efek samping, apa yang perlu dilakukan untuk mencegah terjadinya efek samping, apakah harus dikonsumsi sebelum atau sesudah makan, dan bagaimana obat itu bila dimakan bersama dengan obat lain. adapun perlu diingat gunakan antibiotik yang sesuai dengan kuman yang akan dibidik dan pergunakan sesuai aturan pakai. Antibiotik terbaru dan termahal bukan berarti yang terbaik. Dan jangan mengkonsumsi antibiotik yang diresepkan untuk orang lain.

Panduan Pemberian Antibiotik :
 
 Sinusitis :
Antibiotik hanya diberikan pada anak sinusitis bila gejala berkepanjangan (sakit kepala, hidung tersubat, batuk tidak membaik lebih dari 10-14 hari). Atau, bila demam mencapai 39*C, pembengkakan wajah di bagian sinus yang disertai dengan rasa nyeri.

Bronkitis Akut :
Anak yang menderita batuk dan brinkitis akut, umumnya tidak memerlukan antibiotik. Antibiotik hanya diperlukan bila ada infeksispesifik, seperti pertusis/batuk rejan atau infeksi kuman mikroplasma.

Otitis Media :
Infeksi telinga tengah dibagi menjadi dua golongan, yaitu otitis media akut(OMA) dan otitis mediadengan efusi atau penumpukan cairan (OME). OMA umumnya akan sembuh sendiri. Dalam kasus ini,antibiotik diberikan berdasarkan pendekatan wait and see.

Radang Tenggorokan :

Demam dengan radang teggorokan dengan kelenjar tonsil terlihat ada bintik-bintik atau nanah, ternyata bukan karena bakteri,  dan hanya 12% karena bakteri streptokokus grup A.

Sumber :Koran Seputar Indonesia/ sri noviarni/senin-3/okt/2011

0 komentar:

 
Template Design By:
SkinCorner